My Story: Si Anak Lemah Itu Masih Hidup


Hari ini, tepat 20 tahun yang lalu. Seorang bayi dilahirkan ke dunia untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Lebih tepatnya jam 17:00 tanggal 02 Agustus 1994 dari sepasang mojang Bandung dan bujang Limbangan. Bayi yang sempat terseok-seok di tahun pertama karena faktor ekonomi kedua orangtuanya yang tak kunjung usai, ditambah ia pernah mendapat diare kronis yang diakibatkan oleh Ibunya yang senang memakan mie goreng sambal ‘extra pedas’ di masa kandungan si bayi, yang hampir menyebabkan si bayi divonis ‘meregang nyawa’ jikalau kala itu tidak ada Aki Darman, Orangtua, malaikat-malaikat, dan juga Allah SWT, sang penolong. Bayi itu kini sudah beranjak dewasa, Faris Fajar Dieni.
Ya, bayi yang dimaksud di atas adalah gue, Faris. Waktu begitu cepat berlalu, gak terasa, gue udah berkepala dua. Memasuki fase ‘penentuan cita-cita’ dimana gue diharuskan untuk belajar sungguh-sungguh, dan selalu bertujuan dalam melakukan sesuatu. Di usia gue yang ke-20 tahun ini, gue teringat masih banyak janji-janji yang belum terselesaikan, bahkan belum dimulai. Sedangkan di sisi lain pengorbanan orangtua tidak henti-hentinya mendukung si ‘penengah’ supaya bisa sukses dan dapat mensejahterakan kehidupan yang lebih baik lagi. Terkadang gue suka merenung hal apa aja yang udah gue lakukan selama 20 tahun ini, gak 20 tahun lah, kebanyakan, 15 tahun aja dulu, karena sisanya gue masih unyu-unyu dan belum mengerti kehidupan yang ‘sesungguhnya’. Alhamdulillah gue bersyukur kepada Allah, karena gue masih bisa bernafas, tidur nyenyak, makan enak, melihat pemandangan, melihat cewek-cewek kinclong, itu semua merupakan kenikmatan yang tidak ada duanya.
Oke, dimulai dari umur 6-10 tahun, memasuki era kanak-kanak yang penuh dengan keceriaan dan kenakalan. Gue sewaktu SD orangnya cengeng, dikit-dikit nangis, kalau ada yang bandelin gue, biasanya gue nangis dan langsung ngadu ke Ibu gue,  hehe. Gue SD di Jakarta, setiap berangkat selalu dianterin Ibu, soalnya harus menyebrang jalan raya, dan Ibu gue sangat khawatir, makanya gue sampai kelas IV selalu dianterin, hehe. Gue anaknya emang agak dimanja dikit sih, karena waktu itu gue udah fix anak bontot, dan ternyata gue punya adik cewek, alhamdulillah gue sekarang gak terlalu dimanja kaya dulu, lagian gue kan cowok tulen, harus kuat.
Gue yang memang sangat polos kala itu sama sekali gak ngerti sistem jual-beli. Contohnya beli batagor, karena gue gak bisa hitung kembalian, haha. Iya, beneran, makanya gue kalau mau jajan pasti bilang dulu ke Ibu gue, baru dijajanin. Gue dulu dikenal sebagai murid yang rapi (sekarang juga tetep rapi kok), iyalah karena Ibu gue sangat menyukai kerapihan dan kebersihan dan benci dengan keberantakan, alhamdulillah gue punya nyokap yang mempunyai filosofi ‘ibu rumah tangga banget’. Oh iya, gue masuk SD umur 7 tahun, sebenarnya mau masuk SD pas umur 6 tahun, tapi menurut Bokap gue belum cukup umur, dan pending dulu setahun. Gue juga gak pernah mencicipi bangku TK, langsung SD, di sini lah cikal bakal keistimewaan gue merebak ke permukaan, dan akan terus merebak.
Masih inget dulu gue pas masuk SD, dites ngewarnain gambar pohon kelapa (kalau gak salah), lalu akhirnya gue lolos, horeee. Pada saat menginjak tahun pertama di bangku kelas 1 Sekolah Dasar, gue mulai berkenalan dengan aroma kapur, papan tulis, bangku, meja, dan penghapus. Menurut gue alat-alat yang ada di kelas mempunyai bau yang ‘khas’, dan gak akan mungkin gue lupain seumur hidup. Selain itu, gue mulai membaur bersama murid-murid lainnya dan menikmati masa-masa indah yang gak akan pernah terulang lagi dalam kehidupan gue di dunia ini (hiks hiks). Nah, mulailah gue bertemu dengan seorang murid yang gue rasa dia ‘bandel’ dan menjadi sosok yang menakutkan. Nama murid tersebut adalah ‘Apri’, ya, gue masih inget. Dengan gigi ompongnya yang khas selalu menyengir disertai dengan tatapan ‘bandel’ ala bocah ingusan.
Gue pernah nangis gara-gara dia nyubit gue, bagi gue waktu itu sakit banget (gak tau sekarang). Setelah kejadian pencubitan itu gue mulai mengadu ke Nyokap, lalu Nyokap bilang “bales dong, cubit lagi”. Tapi anehnya nyali gue selalu ciut apabila gue sudah berhadapan sama si Apri. Gak tau kenapa, bawaannya gak berani, padahal dari segi badan, dia kalah besar sama gue yang bernotabene ‘bongsor’. Gue pun kembali mengadu ke Nyokap,dan dari Nyokap dilemparkan ke emaknya si Apri. Haha, gue merasa menang, karena si Apri dinasehatin sama emaknya dan stop nyubit gue lagi. Mungkin si Apri nyubit gue karena dia gemes sama gue, tapi tetep aja cubitannya perih.
Setelah Apri, muncul lagi murid ‘bandel’ yang lain yaitu Akbar. Akbar mempunyai wajah yang menurut gue menyeramkan, dan apabila dia tertawa, maka akan terlihat seperti tapir disembelih (muehehe). Ya, tapi gue lupa sebab apa yang menyebabkan gue menangis tersedu-sedu karena ulah si Akbar. Kalau gak salah sih isi kotak pensil semua dikeluarkan semua, lalu gue nangis (cengeng ya gue). Setelah itu gue lari ke lapangan sekolah dan mencari Nyokap gue, lalu gue menangis sejadi-jadinya. Entah kenapa sampai saat ini pun gue masih gak mengerti, kenapa gue harus nangis, secemen itukah gue dulu? Pengen banget gue merubah kejadian pada saat itu, tapi gak mungkin, dan gue juga gak mau, hehe.
Beda banget sama abang gue yang mempunyai mental ‘baja’ sedari kecil. Dia pernah diajak ribut waktu dia jadi anak baru, karena baru pindahan. Hasilnya abang gue menang, walaupun pas pulang ke rumah dia keringetan, kata Nyokap. Gue sebagai adiknya bangga, dan bisa ngambil contoh dari kejadian abang gue itu, bahwa laki-laki harus berani dan pantang terhadap apa pun, gak peduli punya badan kecil, tapi nyali besar. Sedangkan gue? gak usah ditanya lagi, kan udah dijelasin di atas, beda banget, haha. Tapi gak apa-apa lah, kan masing-masing orang beda-beda, di situlah indahnya perbedaan.
Yang namanya masa-masa sekolah, pasti selalu ada kisah percintaan, hehe. Tahun telah bergulir, gue pun naik ke kelas 2 SD. Di sinilah gue mulai suka sama sesama jenis, eh lawan jenis, sorry. Yoi, hehe, ada yang bilang gue masih terlalu kekanakkan untuk suka-sukaan gitu. Ya namanya juga soal kejujuran, dan gue jujur, lagian yang lain juga pasti udah ada rasa sama lawan jenis sedari mereka masih kecil. Cewek yang gue suka pada saat itu bernama ‘Gita’. Menurut gue dia manis, cantik, semampai, dan lucu. Awal gue kenal sama Gita karena Nyokap gue kenal deket sama tantenya, yang bernama tante Epong, bukan kepompong ya, kalau kepompong berarti dia ulet dong, haha. Gue pernah bermimpi, Gita sandaran di bahu gue, pokoknya mesra banget, kaya di sinetron-sinetron ABG semi labil gitu, tapi cuma khayalan gue doang.
Walaupun gue masih bocah, tapi pemikiran gue udah jauh, jangan salah lho. Contohnya adalah pada saat berkhayal bahwa suatu saat nanti gue nikah sama Gita. Tapi ada satu masalah, yang menyebabkan gue gak suka lagi sama dia. Masalahnya adalah ‘beda agama’. Gue pernah lihat di tv bahwa pernikahan yang berbeda agama itu suatu perbuatan yang tidak diridhoi Allah SWT. Gue juga pada saat itu langsung bingung bagaimana caranya supaya gue dan Gita dapat menikah secara halal dan tidak melanggar aturan agama. Bam! Kelas 2 SD bukannya belajar malah mikirin yang nggak-nggak, hahaha. Pernah suatu ketika gue dan Bokap beli jamu yang ada di pinggir jalan, yang biasanya ditutupi tenda merah bolong-bolong. Pada saat itu gue beli jamu, terlihat dari kejauhan ada sesosok cewek berambut panjang, dan setelah diamati lebih lanjut, dia adalah Gita. Sontak saja gue langsung menarik tangan Bokap supaya jangan ke situ, karena gue suka salting sama seseorang yang gue suka, bahkan sampai sekarang.
Yap, tahun berganti tahun lalu lahirlah adik gue Ajeng, ke dunia yang penuh dengan tipu muslihat ini. Semenjak Ajeng lahir, BonYok memutuskan memindahkan gue untuk pindah sekolah. Soalnya BonYok khawatir gue berangkat sekolah gak ada yang nyebrangin. Padahal kalau dipikir-pikir bukan karena Nyokap sibuk kelahiran dedek baru, tapi guenya kala itu sedang nyandu-nyandunya main PS, sampai sekarang, haha. Pernah gue bolos praktik KTK (Kerajinan Tangan dan Kesenian) demi bisa main PS sepuasnya, kala itu gue sedang seneng-senengnya main GTA III, seru abis guys. Gue merasa sedih, soalnya meninggalkan teman-teman, dan beralih ke teman-teman baru.
Pindahlah gue ke sekolah baru, masa-masa hari pertama emang canggung dan kaku banget, rasanya mau pindah lagi ke sekolah yang lama. Di hari pertama gue masuk sekolah, gue langsung dikerubungi siswa dan siswi layaknya gula dikerubungi semut. Maklumlah, gue emang ganteng dan harum (lebay najis gila, haha). Kembali pada prinsip yang tadi yaitu “masa sekolah tidak akan jauh dari cinta monyet”. Di sekolah baru, muncul lagi cewek idaman lain. Namanya “Christmas”, hehe namanya ramping banget kan, sama kaya orangnya. Dia itu seperti perawan-perawan Jepang gitu deh, bening gila. Lagi-lagi gue suka sama cewek yang beda agama, dilihat dari namanya pada tahu kan, haha. Gue gak bermaksud SARA lho ya. Dikarenakan Christmas berbeda agama, rasa suka gue ke dia pun perlahan luntur. Ditambah gue dan Christmas memang beda jauh, seperti kapur dan arang apabila disandingkan.
Selebihnya, gue di sana ketemu teman-teman gokil, kirain gue mereka bakal musuhin gue seperti nasib Abang gue dulu, eh taunya nggak, mereka asik-asik. Tapi di satu sisi, gak ada cewek yang jadi idaman, gak tau kenapa, mungkin gue fokus belajar. Perlahan-perlahan rasa itu muncul lagi kala gue menyukai seorang cewek agak tomboy, namanya Yolanda Lavenia. Lavenia ya, bukan lavender, kalau lavender obat nyamuk, haha. Gue suka sama cewek biasanya sih dari senyumannya, dan dia punya senyuman manis yang bisa membius murid laki-laki hanya dalam hitungan 0,1 detik (mungkin). Gue suka ngaku-ngaku sebagai cowoknya Yolanda ke temen-temen sepermainan gue di lingkungan rumah. Padahal mah pernyataan-pernyataan gue semua hanyalah kebohongan belaka (jangan dicontoh).
Oke, memasuki era ABG semi alay 10-15 tahun gue mulai nakal dan mulai belajar liar. Saat menginjak usia 11 tahun, gue belajar untuk ‘ngepul’ alias merokok. Awalnya gue cuma coba-coba, tapi lama-lama kok semakin nikmat ya. Gue suka pura-pura minjem sebatang rokok ke Bokap gue dan gue bilangnya mau main kereta api-apian. Padahal itu semua cuma trik dan akal-akalan gue aja. Di belakang Bokap, gue mulai beraksi, perlahan demi perlahan gue hisap racun yang katanya membunuh setengah populasi manusia di bumi ini, yaitu “rokok”. Walau tampang gue agak bengal, tapi gue pernah merasakan jadi anak marawis. Tampil di berbagai mesjid dan acara-acara tertentu, merupakan suatu kebanggaan tersendiri buat pengalaman pribadi gue. Namun, kebiasaan merokok gue semakin semena-mena setelah menjadi anak marawis.
Gue beserta teman-teman sejawat mengepul bersama di sela-sela kesibukan kami bermarawis ria. Biasanya, selagi nunggu naik punggung, gue dan temen-temen mengepul dahulu. Gue mikir bergabung menjadi anak marawis, tapi kelakuan dan sikap tidak mencerminkan sebagai anak yang mengerti agama. Pada akhirnya gue keluar dari organisasi marawis, soalnya sering pulang terlalu larut malam. Hal ini menyebabkan pada kondisi muka gue, yang memang sensitif, “jadi jangan kebanyakan begadang”, begitu kata berbagai dokter spesialis kulit dan kelamin di dunia. Bagi gue usia 11-15 tahun adalah masa-masa pencarian jati diri, perubahan pada fisik, sikap, dan perilaku. Bahkan ada di usia yang sudah menginjak 25 tahun tapi gak tau siapa dirinya. Menurut gue, kita hidup memang pasti melakukan proses pembelajaran dan perubahan ke tahap yang lebih baik lagi.
Ibaratnya sebuah vendor mengeluarkan produk baru, mereka gak akan berhenti di versi yang sama, pasti selalu ditingkatkan ke versi yang lebih mumpuni dan mutakhir. Mereka akan selalu meng-upgrade produk-produk keluaran mereka. Begitu juga dengan manusia, kita gak akan pernah sama dari waktu ke waktu. Kita pasti berbeda dan berubah, ada masanya dan ada waktunya. Ada yang berubah ke tahap kemajuan, bahkan ada yang berubah ke tahap kemunduran. Gue yakin setiap manusia pasti merasakan suatu tahap dimana mereka berubah maju maupun mundur. Itulah manusia, kodratnya memang seperti itu. Namun kembali lagi kepada diri kita masing-masing, karena kemudi steer kehidupan, kita yang mengendalikan. Hanya, kita menentukan ke arah mana tujuan kita ke depannya. Menurut gue hidup gak ribet asalkan ‘agama’ kita kuat. Percaya sama gue, kalau ‘agama’ kuat, insya allah persoalan lain pun akan kuat juga. Tapi jika ‘agama’ mudah goyah, bahkan gak ngerti ‘agama’, maka persoalalan lain pun akan oleng.
Ada pepatah yang berbunyi “kalau sholatnya baik, insya allah amalan yang lain pun akan baik”. Kita bisa mengartikan pepatah tersebut bahwa seorang muslim yang amalannya baik, dipastikan sholatnya pun baik, maksud ‘baik’ di sini adalah sholat 5 waktu yang dikerjakan secara teratur alias selagi kita masih kuat dan sehat, kita harus sholat. Karena amalan yang pertama akan dihisab nanti adalah perihal ‘sholat’. Jika amalannya buruk, maka bukan tidak mungkin, sholatnya pun buruk. Di sini gue bukannya sok menggurui atau sok tahu, tapi pada kenyataannya memang seperti itu. Coba aja lihat orang yang sholatnya gak pernah bolong-bolong, pasti penuh dengan kerahmatan, kesejahteraan, ketenangan, kedamaian, dan nikmat keimanan dari-Nya. Buat ABG semi labil, ABG labil, ABG labil kronis, dan ABG labil akhir yang sedang dirundung dengan kegalauan yang tidak dapat diungkapkan secara gamblang, ada baiknya perbanyak sholat dan melakukan amal sholeh di jalan yang benar. Insya allah, kegalauan yang sering menghampiri, akan segera menjauh. Insya allah...
Kembali ke topik yang tadi, di tahap awal remaja, perjalanan hidup gue gak indah-indah banget. Gue sangat gak setuju dengan lirik “kisah-kasih di sekolah.... dengan si dia.. tiada kisah paling indah.. kisah-kasih di sekolah...”. Menurut gue gak indah, indah menurut sebagian orang yang memang mendapatkan cinta sejatinya di bangku sekolah, sedangkan gue? gue cuma dapat separuh hati yang sampai saat ini hati tersebut menjadi kering karena gak pernah disiram oleh penyejuk cinta sang kasih (betapa indahnya hidup ini). Untungnya, yang bernasib kaya gue gak sedikit, banyak banget malah, apalagi kalau dicari dengan cara blusukan ke sekolah-sekolah menengah pertama dan atas, pasti banyak yang kaya gue ini (iya kan? apa cuma gue doang?).
Tapi gue tetap mensyukuri atas apa yang sudah menimpa diri gue kala duduk di bangku sekolah. Gue meyakini bahwa “semua hal yang kita alami pasti ada hikmahnya” entah hikmahnya itu dalam bentuk apa, gue juga masih bingung. Banyak hal pahit yang membuat diri gue mengerti serta memahami lika-liku kehidupan, cinta, menjalin hubungan, kebencian, keperihan, kejadian yang tak terduga, moral, dan sebagainya yang gak akan mungkin gue ungkapkan secara detail karena kesibukan gue bukan nge-blog doang, hohoho.
Bergulir ke usia 16-20 tahun. Pada era ini, gue mulai berubah secara dikit demi sedikit ke arah cahaya yang lebih bersinar walaupun tidak signifikan, karena semua butuh proses, gak ada yang instan, kecuali bikin mie. Mungkin pada periode ini gue mulai kalem dan kembali ke tipikal gue dulu lagi. Tapi banyak orang yang menganggap gue udah berubah (berubah menjadi power rangers), hehe. Gue sih gak terlalu memedulikan opini orang lain, mereka bebas berpendapat dengan pikirannya masing-masing. Yang jelas gue berusaha menjadi diri gue sendiri serta dapat mengendalikan hawa nafsu yang kadang-kadang berusaha untuk mengendalikan diri gue.
Bagi sebagian remaja lain, sweet seventeen adalah momen yang ‘wajib’ (kalau gak dirayain dosa) wkwk. Bahkan kebanyakan temen-temen gue pun ikut-ikutan merayakannya. Tidak berlaku untuk keluarga gue, gue juga. Gue suka agak aneh aja gitu, kenapa remaja zaman sekarang mewajibkan banget acara semisal sweet seventeen di kehidupan mereka. Padahal, sweet seventeen sama aja kaya ulang tahun yang sebelumnya. Mungkin perbedaannya adalah ketika single atau taken, atau bahkan jomblo ngenes. Bagi yang taken sih, pasti ngeharepin kado atau kejutan dari pacarnya, tapi kalau yang jomblo, ngerayain sweet seventeen seorang diri di depan teras, berharap ada yang ngucapin dari orang yang sekedar lewat, itu rasanya kaya lu ditelen ikan paus dan gak akan pernah keluar lagi, haha.
Jangankan sweet seventeen, di dalam agama Islam, gak ada istilah ulang tahun-an. Apalagi sweet seventeen, berarti kalau yang dirayain sweet seventeen doang, umur-umur seterusnya gak sweet lagi dong? Sama aja kaya valentine, lu merayakan valentine cuma tanggal tertentu doang, udah gitu cuma setahun sekali. Nah, berarti di hari-hari lainnya bukan hari kasih sayang dong? Udah jelas kita harus menyayangi dan mengasihi sesama manusia gak mesti setahun sekali, setiap hari pun kita diwajibkan untuk memiliki rasa kasih sayang.
Gue yakin remaja-remaja Indonesia yang ngerayain sweet seventeen, valentine dan lain semisalnya, cuma buat ikut-ikutan aja dan pengen dibilang gaul gila. Dari hal ini nih gue sangat menyayangkan kebanyakan orang Indonesia gampang terpengaruh sama budaya luar. Gue pernah baca kutipannya Marlyn Monroe di koran yang berbunyi “dunia sangat menghargai sesuatu yang orisinil”. Keren kan quote-nya, orisinil, gak usah ikut-ikutan, gak usah ikut trend, jadilah diri sendiri, jadilah bangsa yang sesungguhnya, dan jadilah Indonesia.
Makin ke sini, yang gue rasa waktu semakin cepat berputar. Seperti roda yang terus bergelinding menelusuri jalan bebatuan sampai ke jalan yang mulus, tidak ada kerikil satu pun. Gue berharap kehidupan gue seperti itu, dari bawah menuju ke atas, dari susah menjadi senang, dari gak bisa menjadi bisa, dari kecil menjadi besar, dari curam menjadi datar. Mungkin bagi yang membaca artikel ini akan bertanya “jadi di periode ini ada gak sih cewek idaman lu selanjutnya?” gue menjawab “pasti ada, kan zaman menengah atas”.
Yap, gak terasa ya gue udah menclok di Sekolah Menengah Kejuruan, iya, gue bukan lulusan Sekolah Menengah Atas. Kalian tau alasannya kenapa gue memutuskan untuk melanjutkan karir di SMK? Alasannya adalah gue ingin menghindari mata pelajaran MTK dan di SMK dikasih almameter, jadi biar keliatan keren aja gitu pake almameter biar kaya orang penting. Sama seperti kebiasaan gue sebelumnya, menjadi siswa baru pasti gue masih planga-plongo dan terkesan ‘lugu’. Perilah percintaan gue, masih biasa aja, gak ada seseorang yang spesial, bahkan semuanya kelihatan menjauhi gue. Bisa dibilang standar banget, seperti sumur yang gak pernah ditimba sama seseorang, airnya gak pernah beriak. Kira-kira seperti itu hati gue.
Namun, pada saat detik-detik menjadi siswa tingkat akhir, ada seorang cewek yang membuat mata ini selalu melihat ke dia mulu. Gak tau kenapa, gue juga gak ngerti, tapi mata ngikutin apa kata hati. Nama cewek itu adalah Annisa. Nama yang bagus, seperti surat Annisa yang tertera di dalam Al-qur’an yang artinya ‘wanita’. Menurut gue dia cewek yang smart dan tangguh, imut, menggemaskan dan lucu. Tapi, pada saat gue melihatnya waktu kelas 3 akhir zaman, dia sering murung, manyun, dan merengut, tapi hal itu lah yang bikin gue demen ngeliat dia, imut banget. Coba kalo gue yang merengut, disangka cowok jadi-jadian gue, haha. Mungkin dia kelamaan ngejomblo, kalau gue kan udah biasa ngejomblo, eh single, bukan jomblo gue, dan gak mau dikategorikan sebagai jomblo, gak mau, haha.
Tibalah pengumuman kelulusan, dan gue alhamdulillah lulus dong. Liburan ke lulusan gue beserta teman-teman seperjuangan pergi ke Yogyakarta. Mungkin kalian gak percaya gue cuma bawa uang 50 ribu doang. Gue gak bohong, waktu itu ekonomi gue dan keluarga sedang merosot tajam, bisa dibilang krisis moneter lah. Gue yang emang mengusung prinsip ‘hemat pangkal kaya’ gak terlalu kaget, tapi ya tetep aja kalau inget-inget ke masa itu ‘ngenes’ juga sih, hehe. Berada di Yogyakarta, gue dapat pengalaman baru yang gak kalah ‘memprihatinkan’. Gue terserang gatal-gatal, mungkin karena handuk gue dan temen-temen yang ditumpuk-tumpuk, jadinya gue ketularan buduk. Bisa jadi karena kasur yang gue tidurin emang super ‘bala’, berasa tidur di pasir putih saking ngeresnya itu tempat tidur.
Selanjutnya, gue dapat pengalaman berharga lainnya, bahwa gue merasa hidup sebatang kara. Dari situlah gue menulis lirik sebuah lagu yang berjudul “marah salah menjarah” hehe, yoi keren banget kan judulnya, gak tau sih lagunya. Bagi kalian yang mau dengerin lagu tersebut, check aja di youtube gue TheDieni84, di situ lengkap terdapat semua lirik ciptaan gue (kok ujung2nya promosi ya, sorry). Setelah itu, saatnya gue harus pergi dari Jakarta, yang sudah mengayomi gue hampir 18 tahun lamanya, terima kasih untuk semuanya. I’ll never forget them.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun baru berganti, udah 1 tahun gue tinggal di Bandung. Gak terasa ya, haha. Waktu terus berjalan tepat sampai sekarang gue lagi ngetik artikel ini, 20 tahun telah terlewatkan. Gue bisa menjalani dan menikmati segala kepedihan, kesengsaraan, kepiluan, kesepian, ketakutan, kekecewaan, ketimpangan, ketidakjelasan, keraguan, kesenangan, kebahagiaan, ketentraman, kejumawaan, dan lain sebagainya. 20 tahun yang menurut gue sangat berharga dalam sejarah kehidupan gue, yang gak akan pernah bisa terulang lagi sampai kapanpun jua. Terima kasih gue ucapkan untuk Allah, kedua orangtua, abang, dan adik, nenek, saudara-saudara, beserta handai taulan semua yang pernah kenal sama gue. Terima kasih banyak.
Gue sadar gue belum bisa memberikan apa-apa sama orang yang pernah memberikan apa-apa sama gue. Ada banyak hal-hal tolol yang masih gue lakukan sampai detik ini, ada banyak kesalahan-kesalahan yang gue lontarkan, ada banyak mimpi dan angan-angan yang belum tercapai, ada banyak janji-janji yang belum gue tepati, ada beberapa hati yang telah gue sakiti baik sadar ataupun tidak.
Gue suka merenung, 20 tahun ini apa aja hal-hal positif yang udah gue lakukan. Kesalahan-kesalahan apa aja yang udah gue perbuat. Kini, gue sadar bahwa waktu itu penting, belajar penting, baca penting, pendidikan penting, kemauan penting, dan tekad penting. Terdapat dalam sebuah hadits yang berbunyi orang yang beruntung adalah “orang yang memiliki umur panjang dan memiliki amalan baik”, dan orang yang tidak beruntung adalah “orang yang memiliki umur panjang namun memiliki amalan sedikit” (CMIIW). Semoga, ke depannya gue bisa lebih baik lagi, sukses terus, dan apa yang gue idam-idamkan semoga terkabul dan tercapai, semisal ingin punya mobil, ingin beli rumah, ingin naik haji sama BonYok, dan ingin punya tambatan hati sholehah, hehe. Yang dipandang akan menentramkan hati, dan apabila ditinggalkan akan menjaga kerahasiaan, Amiin Ya Robbal Alamiin...

Komentar