Duel Mana Lebih Enak: Bakso vs Cuanki

“Tok… tok… tok…!” Bunyi ketukan pedagang cuanki terdengar menggema di sudut jalan. “Tok… torok… tok… tok… tok…!” Bunyi itu berbunyi lagi, tapi lebih nge-beat dibandingkan ketukan yang pertama. Lama-lama, suara ketukan itu kian mendekat ke telinga gue. Suara yang timbul dari ketukan kayu tersebut seakan menggoda selera syahwat, eh selera makan gue. Gue yang memang dari tadi menunggu cuanki lewat, akhirnya memanggil Emak (Nenek).
Gue berteriak dari ruang tamu, “Mak! Mau cuanki!”
Emak merespons, “Mana? Aya kitu?”
“Itu kedengeran suaranya,” balas gue.
Emak lalu tergopoh-gopoh ke dapur untuk mengambil mangkok. Agak lama ia di sana, mungkin mangkoknya berada di tempat yang tidak terlihat. Selang dua menit, Emak kembali ke ruang tamu tanpa mangkok. Kemudian, ia duduk di samping gue sambil berucap, “Ris, ris. Daripada cuanki mah, mending beli bakso aja. Nanti Emak beliin.”
Gue tidak bergeming, begitu teganya Emak menyuruh gue untuk lebih memilih makan bakso daripada cuanki (lebay).
Gue tidak setuju atas saran Emak tersebut, lalu berkata, “Bakso? Nggak ah, cuanki aja.” Setelah gue ngomong seperti itu, Emak memasang raut muka: bener-bener nih bocah. Lantas, Emak mengeluarkan persuasinya lagi pada gue, “Kenapa nggak mau bakso? Ya lebih enakan bakso atuh, daripada cuanki mah,” katanya, “Naon cuanki mah baksona oge ngan dua, teu seubeuh.”
Gue mengernyit ketika mendengar kata-kata Emak tersebut. Gue tidak habis pikir, bisa-bisanya cuanki dilecehkan tidak senonoh layaknya ucapan Emak di atas (lebay). Gue kekeuh, dan tetap mau membeli cuanki daripada bakso.
“Kaga, Mak, cuanki aja,” kata gue.
“Yeh elu mah, sadun,” balas Emak, agak kesal.
Setelah perdebatan panjang antara gue dan Emak, akhirnya Emak mau membelikan gue seporsi cuanki seharga terserah. Betul, kalau harga porsi cuanki di sini (Padalarang) berkisar Rp.3.000 s.d. Rp. 5.000. Ekonomis banget kan, bagi masyarakat menengah ke bawah kayak gue ini.
Sesudah cuanki berada di meja makan, lagi-lagi Emak mempertanyakan: kenapa gue lebih suka cuanki daripada bakso?
Sambil duduk, Emak bertanya, “Naon enakna kitu Ris, cuanki?” sambungnya, “mending bakso agak banyak dan ngarah sebeuh.”
Sambil menyeruput kuah cuanki, gue jawab, “Ya, enak cuanki lah. Kuahnya lebih enak.”
“Wah? Enya kitu? Bakso ge da enak atuh, Ris,” katanya, kekeuh.
Gue kembali menjelaskan, “Beda, Mak. Kalo cuanki, kuahnya lebih gimana gitu. Kalo bakso mah, kuahnya kurang enak.”
Hebatnya, Emak lebih memilih bakso dan berujar, “Bakso juga kuahnya enak, tahu?”
Gue memilih diam, dan membiarkan perbedaan selera gue dan Emak berkecamuk.
Berdasarkan percakapan antara gue dan Emak di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia terbagi pada dua kelompok besar: bakso atau cuanki. Katakanlah kita menyebutnya sebagai tim bakso dan tim cuanki. Rerata, tim bakso banyak digemari oleh kawula tua, macam ibu-ibu dan bapak-bapak. Sementara tim cuanki banyak digemari oleh kawula muda, macam teteh-teteh dan mas-mas. Namun, kedua makanan tersebut pada dasarnya hampir digemari oleh semua umur dan semua kalangan.
Sebelum gue menduelkan bakso dan cuanki, ada baiknya gue jelaskan terlebih dahulu silsilah kedua makanan tersebut, sebagai berikut:
1.      Menurut Wikipedia, bakso berakar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia. Hal ini merujuk pada istilah “bakso” yang berasal dari kata “Bak-So” yang artinya dalam Bahasa Hokkien adalah daging giling. Karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Kini, kebanyakan penjual bakso berasal dari Jawa, tepatnya kota Wonogiri dan Malang.
2.      Cuanki merupakan singkatan dari cari uang jalan kaki. Karena, rata-rata pedagang cuanki memikul dagangannya untuk berkeliling. Tapi, ada juga tukang cuanki yang menjualnya dengan mendorong gerobak. Bahkan, kini sudah ada penjual cuanki yang mangkal di suatu tempat. Sebenarnya, cuanki merupakan salah satu dari jenis bakso. Masyarakat luas mengenal cuanki dengan sebutan bakso khas Jawa Barat atau bakso Bandung. Sekarang, rerata penjual cuanki berasal dari Bandung, Bogor, dan kota Jawa Barat lainnya.
Berdasarkan penjelasan kedua makanan di atas, maka kamu telah paham mengenai asal-usul bakso dan cuanki. Ringkasnya, bakso berasal dari Cina. Sedangkan cuanki, berasal dari Bandung dan termasuk salah satu jenis bakso juga. Kemudian, apa yang membedakan kedua makanan itu sehingga masyarakat seolah terpisah ke dalam tim bakso dan tim cuanki? Baiklah, mari kita adu kedua makanan tersebut di bawah ini! Jangan lupa, gunakan hashtag #TimBakso untuk penikmat bakso dan #TimCuanki untuk penikmat cuanki. Cekicrot!
***
-PERTARUNGAN ABAD INI-
BAKSO VS CUANKI

Dari ujung kanan, mari kita sambut yang meriah… Baksoooooo! Tet tere teeeett tet tereee teeett…. Lalu, dari ujung kiri, mari kita sambuuuut… Cuaaankiiiii! Tet tere teeeett tet tereee teeett…. Yow, kedua makanan sudah berhadapan satu sama lain di atas ring. Oh no, mereka berdua saling memandang sinis. Seolah-olah, mereka tidak sabar ingin meninju lawan masing-masing.
Sebelum memamerkan kelebihan keduanya, mari kita dengarkan terlebih dahulu statement dari Baksooooo… dan Cuaaankiiii!
“Hai, Cuanki! Tidak sepatutnya kamu menantangku, karena diriku lebih dulu populer dibandingkan denganmu! Camkan itu!” Bakso mengultimatum Cuanki.
Dengan percaya diri, Cuanki membalas, “Hahaha! Pernyataanmu memang benar, So. Tapi di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, akulah yang terbaik!”
Gemuruh penonton semakin menjadi sesaat mendengar statement kedua petarung.
Terlihat wajah Bakso merah padam, karena menahan amarahnya. Sementara dari sudut kiri, Cuanki terus bergaya ke arah penggemarnya yang bertujuan untuk mengintimidasi Bakso. Sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, wasit menyatakan bahwa pertandingan resmi dimulai. Wasit menunjuk Bakso, untuk memamerkan kelebihan yang dia punya kepada Cuanki dan juga para penonton.
“Para hadirin! Izinkanlah diriku untuk unjuk aksi di hadapan kalian! Dan kau, Cuanki, bersiaplah untuk menerima kekalahanmu!” ujar Bakso, percaya diri. Penonton semakin bergemuruh, sementara Cuanki tidak bergeming dengan raut wajah sigap. Lantas, Bakso mengeluarkan semua kelebihannya, sebagai berikut:
1.      Kelebihan Bakso
·         Bakso yang digunakan lebih enak daripada bakso cuanki. Karena, terbuat dari daging sapi asli.
·         Bakso yang besar biasanya berisikan daging cincang, telur, dan daging ayam.
·         Pelengkap hidangan yang terdapat pada bakso lebih lengkap, seperti mie putih, mie kuning, tauge, sawi, seledri, daun bawang, dan lain sebagainya.
·         Otomatis, porsi bakso juga lebih banyak.
·         Terkadang, bumbu sudah tercampur ke dalam kuah. Sehingga, tidak perlu repot menuangkan bumbu lagi.
·         Rasa yang dihasilkan lebih kaya, akibat pelengkapnya tadi.
·         Efek setelah makan bakso, yakni lebih kenyang dan berbobot.
·         Biasanya, setiap kota ada yang berjualan bakso.
“Kalian bisa lihat! Itulah beberapa kelebihan yang aku punya! Jadi, bergabunglah ke Tim Bakso! Hohoho!” ujar Bakso, sekaligus mengajak penonton untuk bergabung ke dalam timnya. Kali ini, wasit mengarahkan lengannya pada Cuanki, yang menandakan bahwa giliran Cuanki untuk membeberkan kekurangan Bakso. Dengan nada mengancam, Cuanki berkata, “Hai, Bakso! Kau jangan senang dulu! Sekarang akan kuungkapkan kekuranganmu di hadapan mereka!” Bakso hanya menyeringai. Kemudian, Cuanki memaparkan kekurangan Bakso, sebagai berikut:
2.      Kekurangan Bakso
·         Harga lebih mahal daripada cuanki.
·         Rentan ditambah boraks atau formalin dalam proses pemasakan.
·         Kuah bakso tidak segurih cuanki.
·         Kebanyakan pedagang bakso berjualan tetap di suatu tempat, jadi orang-orang harus keluar rumah jika ingin membeli bakso.
·         Banyak pesaing, karena hampir di setiap daerah pasti ada yang berjualan bakso.
Sesaat mendengar kekurangannya oleh Cuanki, Bakso langsung memasang raut muka tidak percaya. Bakso heran, bagaimana Cuanki bisa mengetahui kekurangannya tersebut. Sementara Cuanki tertawa senang, seolah ia telah memenangkan pertandingan ini. Akibat melihat tingkah pongah Cuanki, darah Bakso semakin mendidih. Saking kesal, Bakso ingin meninju Cuanki. Untung, wasit segera mencegah Bakso dan berusaha menenangkannya.
Riuh penonton semakin menjadi. Suasana pun semakin panas disertai saling ledek antara suporter Bakso dan suporter Cuanki. Wasit berusaha mendinginkan suasana dengan berkata, “Para hadirin, dimohon tenang! Mohon, tenang! Sekali lagi, mohon tenang!” lanjutnya, “Jika kalian tidak bisa tenang, terpaksa kami hentikan pertandingan bersejarah ini. Jadi, mohon tenang!” Perlahan, suara ribut penonton mengecil lalu menghilang. Setelah cukup tenang, wasit mempersilakan Cuanki untuk menunjukkan kelebihannya, sebagai berikut:
1.      Kelebihan Cuanki
·         Harga lebih murah daripada bakso.
·         Harga per porsi tidak dipatok.
·         Kuah jauh lebih gurih.
·         Bisa menuang sambal, saos, kecap, cuka, dan daun bawang sesuka hati.
·         Tidak repot membeli, karena mamang cuanki akan datang dengan sendirinya.
·         Bisa menggunakan mangkok punya mamang, dan ia akan senantiasa menunggu kita makan cuanki.
·         Dapat ditambah dengan mie instan, hingga sensasi makan cuanki akan lebih terasa.
“Sekian, itulah beberapa kelebihanku,” tutup Cuanki, tenang. Lalu ia melanjutkan, “Jadi, mari bergabunglah dengan Tim Cuanki sekarang juga! Haha!” Cuanki begitu yakin, bahwa ia yang akan memenangkan pertandingan seru tersebut. Tetapi, Tim Cuanki jangan senang dulu, karena wasit belum menunjuk Bakso untuk membeberkan kekurangan Cuanki.
Tak lama kemudian, wasit mengarahkan lengannya pada Bakso, yang menandakan giliran Bakso menyerang Cuanki secara counter attack. “Hohoho! Hai Cuanki, sepertinya sampai saat ini saja kau tertawa! Selebihnya, kau akan manyun karena sebentar lagi aku akan mengupas seluruh kekuranganmu!” Wajah Cuanki berubah menjadi pucat sesaat setelah mendengar kata-kata Bakso. Kemudian, inilah kekurangan Cuanki sebagai berikut:
2.      Kekurangan Cuanki
·         Bakso yang terdapat pada cuanki tidak seenak bakso yang terdapat pada bakso asli.
·         Pelengkap hidangan cenderung lebih sedikit daripada bakso.
·         Terkadang tekstur pangsit atau bakso tahu masih keras.
·         Kurang mengenyangkan daripada bakso.
·         Sajian yang terlalu simpel.
·         Kurang variasi.
·         Cakupan dagang kurang merata ke seluruh nusantara.
“Waa… waa… waa…!” gemuruh penonton membahana ke sekeliling stadium. Baik Bakso dan Cuanki ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lucunya, Bakso dan Cuanki sama-sama pede memenangi pertandingan akbar tersebut. Dengan wajah tengilnya, Bakso berdiri lantang di ujung ring menyapa para penggemar. Pun Cuanki, yang terus melambaikan tangannya ke segala penjuru.
Untuk meringkas waktu, wasit meminta penonton untuk lebih tenang karena sebentar lagi pemenangnya akan diumumkan. “Mohon semuanya harap tenang dan kondusif, agar suasana menjadi tertib,” perintah wasit pada penonton. Kemudian, Bakso malah berseloroh, “Akulah yang akan menang! Haha!” Akibat mendengar ucapan Bakso, Cuanki membalas dengan berujar, “Kau jangan bermimpi, akulah pemenangnya!” Keduanya bersitegang, tapi wasit langsung mengumumkan dengan lantang, “Pemenangnyaaaaa adalaaaaaah….”
…………
…………
…………
Semuanya menunggu harap-harap cemas.
…………
…………
…………
Slep! Srrrrttt! Ruangan menjadi gelap, semua hening, dan membisu.
Ternyata, mati lampu.

-END-
Hohoho, bagaimana guys cerita pertarungan antara Bakso dan Cuanki di atas? Seru? Menegangkan? Penuh intrik? Penuh drama? Penuh aksi? Atau malah nyebelin? Haha, semoga menarik yaa buat kalian para pembaca setia blog ini. Habisnya, sebelum menulis artikel Bakso vs Cuanki gue sempat bingung. Karena, kebanyakan artikel yang tersebar di dunia maya mengusung konsep deskripsi. Jadi, gue pilih deh konsep cerpen (cerita pendek) supaya pembaca tidak bosan serta agar merangsang minat membaca.
Oke, gue cuma ingin menyampaikan bahwa sekurang-kurangnya ada dua tipe orang yang lebih prefer ke bakso dan prefer ke cuanki. Perbedaan itu hendaknya jangan sampai memisahkan kedua makanan legendaris tersebut. Karena, baik bakso dan cuanki adalah makanan sejuta umat yang perkembangannya terus meluas. Kita, sebagai penikmat kedua makanan itu sudah seyogyanya untuk membeli, menyantap, melestarikan, dan membagikan lewat media sosial, persuasi, obrolan, dan lain sebagainya.
Jadi, simpulannya adalah bakso dan cuanki sama-sama enak, apalagi ketika panas-panas dan ditraktirin seseorang. Dengan demikian, kamu cenderung memilih bakso atau cuanki? Tulis komentar di bawah ini dengan hashtag #TimBakso untuk penikmat bakso dan #TimCuanki untuk penikmat cuanki. See ya!
Wassalam.

Komentar

  1. lagi nyari perbedAn cuanki dan bakso nyassr kemari.
    yg jelas aku #timcuankiiiii....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow, kamu #timcuanki yah. Berarti kamu orang yang simpel, hehehe.

      Hapus

Posting Komentar

Ditunggu komentarnya...