Inilah Beberapa Amalan Sunah yang Perlu Ditingkatkan di Bulan Ramadan

Ass.wr.wb.
Akhir-akhir ini, iklan sirup Marijan mulai gentayangan di beberapa siaran televisi di Tanah Air. Pertanda apakah itu? Yap, pertanda bahwa kaum jomlo di Indonesia akan semakin merajalela karena Presiden Jomlo Raditya Dika telah melepas masa lajangnya. Bukan, bukan itu. Tapi, itu menandakan bahwa tak lama lagi kita akan memasuki bulan yang penuh berkah dan penuh rahmat, yaitu bulan Ramadan. Yeaaay, aku kangeeen.
Saat Ramadan tiba, tak sedikit dari kita (umat Muslim) merasa takut akan kedatangan bulan yang penuh pengampunan itu. Karena, bulan puasa identik dengan menahan lapar, menahan haus, menahan hawa nafsu, menahan amarah, dan menjaga pandangan. Banyak dari kita yang merasa keberatan akan ketentuan tersebut dan pada akhirnya malah nongkrong di Warteg atau di Rumah Makan Padang.
Bahkan, banyak umat Muslim (termasuk gua) lebih memilih untuk bermalas-malasan, berleha-leha, atau tidur siang ketimbang belajar, bekerja, atau mengaji. Mentang-mentang tidur pun dapat pahala di bulan Ramadan, kita jadi mengabaikan aktivitas atau kewajiban dunia. Hal itu tentu dilarang dan tidak diperbolehkan. Karena bahwasanya, bulan Ramadan adalah bulan ketika pahala dan amalan-amalan kita dilipatgandakan sebanyak mungkin. Oleh karena itu, kita tetap dianjurkan untuk beraktivitas seperti hari-hari biasa.
Ada banyak beberapa amalan sunah yang kita lewati atau kita abaikan di bulan-bulan biasa karena kesibukan duniawi yang begitu padat, seperti puasa sunah, tadarus Al-Quran, sedekah, berinfaq, salat sunah, dan atau salat tahajud. Kekurangan itu dimaklumi, karena pada dasarnya kita lebih suka disibukkan oleh kesibukan dunia ketimbang kesibukan akhirat. Hebatnya, amalan-amalan sunah tersebut fadilah, manfaat, rahmat, dan pahala yang didapat amat besar serta berpengaruh pada diri kita.
Oleh karena itu, seyogyanya kita (umat Muslim) bersemangat untuk menyegerakan amalan-amalan sunah di atas. Sebab, bulan Ramadan adalah momen yang tepat untuk lebih banyak beribadah, melaksanakan amalan sunah, bersedekah, berinfaq, membantu orang lain, menolong orang yang kesusahan, memberi makan fakir miskin, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sudah sepatutnya, kita (manusia) lebih banyak bersyukur kepada-Nya. Sebab, Dia pun sudah sangat banyak mencurahkan kenikmatan kepada kita. “Maka, nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman: 55).
Dengan demikian, inilah beberapa amalan sunah yang perlu kita tingkatkan, rutinkan, praktekkan, dan contohkan di bulan Ramadan, yakni sebagai berikut:
1. Mengakhirkan Waktu Sahur
Buat gua, sahur adalah syariat atau aturan yang patut dilaksanakan ketika kita mau berpuasa. Pada waktu sahur, terdapat keberkahan dan rahmat di dalamnya. Rasulullah pun bersabda yang berbunyi, “Bersahurlah karena dalam sahur terdapat berkah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ilustrasi sahur. Sumber: netralnews.com
Rata-rata, orang mulai makan sahur pada pukul 03.00 dini hari. Tapi bagi gua, jam segitu masih terlalu lama ke waktu azan subuh atau waktu imsak. Karena takutnya, di sisa waktu tersebut kita mengantuk dan malah tertidur lagi tanpa salat Subuh berjamaah di masjid. Karena itu, gua biasa sahur pada jam 04:00 dini hari. Jadi, setengah jam ke waktu subuh.
Akan tetapi, “mengakhirkan” di sini bukan berarti kita harus makan sahur di waktu yang kepepet, misal: makan sahur 5 menit sebelum azan subuh. Tapi, kita dianjurkan untuk bersahur pada waktu yang tepat, yakni tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar ke waktu imsak atau waktu subuh.

2. Menyegerakan Buka Puasa
Apabila azan magrib telah berkumandang atau mulai terdengar bedug, maka segeralah berbuka. Sebab, hal itu berdasarkan Rasulullah yang bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama ia menyegerakan dalam berbuka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ilustrasi berbuka puasa. Sumber: abiummi.com
Kita dianjurkan untuk berbuka dengan yang manis. Tapi, akan lebih baik lagi jika kita berbuka dengan yang tulus. Karena, yang manis belum tentu tulus, dan yang tulus Insya Allah pasti manis. Sorry, malah curhat.
Berbuka dengan yang manis misalnya buah kurma, kolak, sirup, dan lain sebagainya. Akan tetapi jika kita sedang berada di perjalanan, maka cukup berbuka dengan air mineral untuk melepas dahaga. Jika ada yang menjual gorengan atau makanan ringan, kita boleh memakannya untuk mengganjal perut. Insya Allah, berkah.

3. Tadarus Al-Quran
Lazimnya, orang sibuk yang mengurus keduniawian semata, jarang sekali membaca Al-Quran. Mereka ada yang mengaji seminggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali, bahkan sedekade sekali. Bagi umat Muslim, tentu hal buruk itu harus dijauhkan dan disingkirkan. Karena, nanti Al-Quran akan menjadi syafaat bagi orang-orang yang membacanya, seperti yang diungkapkan Rasulullah sebagai berikut, “Bacalah Al-Quran karena Al-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya (dengan tadabbur dan mengamalkannya)….” (H.R. Muslim: 1910).
Ilustrasi tadarus Al-Quran. Sumber: goodnewsfromindonesia.id
Terlebih, bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya kitab suci yang mulia, yaitu Al-Quran. Rasulullah pun senantiasa memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadan. Rasulullah bersabda, Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ‘alif lam mim’ satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf. (H.R. Tirmidzi).
Adapun kita selaku umat Nabi Muhammad SAW agar mencontoh sunah Rasulullah ini. Terlebih bagi kita yang jarang sekali mengaji, bulan Ramadan adalah momen yang pas untuk mentafakuri diri kita dengan tadarus Al-Quran. Apalagi, membaca Al-Quran itu tidak capek, tidak perlu mengeluarkan tenaga, dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Cukup duduk bersila, buka Al-Quran, lalu mengaji dengan baik dan tenang. Insya Allah, limpahan rahmat-Nya akan terasa sehabis baca Al-Quran.

4. Mendirikan Salat Tarawih
Pada dasarnya, salat tarawih sama dengan salat Qiyamul Lail (salat malam) lainnya, seperti salat tahajud dan salat witir. Hanya saja, salat tarawih dilaksanakan di bulan Ramadan. Sedangkan salat tahajud dan salat witir dilaksanakan di hari-hari biasa. Menurut Rasulullah, salat sunah tarawih amat dianjurkan, seperti sabda beliau yang berbunyi, “Barang siapa yang menjalankan Qiyamu Ramadan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa-dosanya (yang kecil) yang telah lalu akan diampuni.” (H.R. Bukhari).
Ilustrasi salat tarawih. Sumber: sidomi.com
Terlebih buat kita yang amat jarang melaksanakan salat tahajud atau salat malam di hari-hari biasa, maka salat tarawih inilah satu-satunya kesempatan yang dapat diraih untuk mendapat pahala dan rida-Nya. Tak dapat dipungkiri, salat tahajud atau salat malam adalah salah satu ibadah terberat. Karena, kita harus bangun di waktu kita sedang tidur nyenyak. Maka, salat tarawih bisa dikatakan suatu keringanan bagi kita yang mau dapat pahala seperti salat tahajud.
Buat anak-anak atau bocah-bocah ingusan yang suka main perang sarung atau main petasan di luar masjid, gua kasih nasihat baik-baik: mainnya yang jauh, Tong! Diusahakan agar orangtua, saudara, kakak, atau tetangga memberi nasihat secara bijaksana ke anak-anak yang suka bermain-main di sekitar masjid. Ajaklah mereka salat tarawih, mendengarkan ceramah, atau tadarus Al-Quran. Karena hal itu lebih berfaedah daripada perang sarung, main petasan, atau jajan di luar masjid.

5. Memperbanyak Sedekah
Terkadang, kita suka mengeluh dengan pemberian rezeki yang telah Allah berikan, dengan mengucapkan perkataan seperti ini, “Haduh… kenapa duit cepat banget hilangnya daripada datangnya?” Keluhan tersebut bukan curahan hati gua, tapi banyak orang yang kira-kira mengeluh seperti itu… termasuk gua.
Keluhan di atas adalah tanda bahwa kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kufur nikmat, tidak menghargai pemberian Allah, suka berkeluh-kesah, dan suka menyalahi keadaan. Ya bagaimana rezeki tidak seret, wong kitanya jarang atau bahkan tidak pernah sedekah. Sekalinya sedekah cuma Rp. 2.000, itu pun dalam rentang waktu enam bulan sekali. Sedekah apa cacingan tuh?
Ilustrasi sedekah. Sumber: kisahikmah.com
Oleh karena itu, sudah semestinya kita memperbanyak sedekah di bulan yang suci ini. Apalagi, pahala kebaikan yang kita dapat di bulan Ramadan Insya Allah akan berlipat ganda. Sedekah banyak macamnya, seperti memberi uang, memberi bantuan, memberi santunan, memberi pertolongan, memberi makanan/ minuman, dan bahkan memberi senyuman pun termasuk sedekah.
Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala orang yang berpuasa, sebagaimana orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun pahala dari orang yang berpuasa.” (H.R. Ahmad dan Nasai).
Dengan demikian, semoga sedekah kita di bulan Ramadan ini dapat terus berlanjut ke bulan-bulan selanjutnya. Sebab, Rasulullah pernah menyatakan dalam hadisnya bahwa, “Bersedekahlah, sebab kelak akan datang kepada kalian suatu zaman yang seseorang berjalan keliling membawa sedekahnya tetapi ia tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya. Kemudian ada seseorang yang berkata, ‘Seandainya engkau datang membawanya kemarin pasti aku akan menerimanya. Adapun hari ini, aku tidak lagi membutuhkannya’.” (H.R. Bukhari). Jadi, masih enggan untuk bersedekah?

6. Memperbanyak Istigfar
Bagi gua, manusia adalah gudangnya lupa, salah, dan banyak kekurangan yang jauh dari sempurna. Sebab, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Karena itu, kita umat manusia dianjurkan untuk memohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas dosa-dosa kita yang banyak ini.
Ilustrasi istifgar atau zikir kepada Allah SWT. Sumber: nu.or.id
Andai dosa adalah gunung, mungkin masing-masing dari kita terdapat gunung dosa yang menjulang tinggi. Andai dosa dapat mengeluarkan bau, mungkin kita semua pada bau badan yang baunya lebih menyengat daripada bau ketek. Andai dosa dapat terlihat sebagai kotoran, mungkin diri ini akan dijauhi orang lain karena rupa yang buruk akibat dosa-dosa kita.
Ketimbang memperbanyak tidur atau melamun, mari kita tingkatkan ucapan istigfar atau zikir kepada-Nya di bulan yang penuh berkah ini. Terlebih, bulan Ramadan adalah bulan penuh pengampunan, penuh pertobatan, dan penuh hidayah dari-Nya untuk siapa saja yang mau memperbaiki diri.

7. Memperbanyak Doa
Sebagai manusia penuh dosa, penuh kesalahan, dan penuh kekurangan, tentu saja kita wajib berdoa memohon magfirah-Nya. Bahkan, Allah SWT berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina-dina.” (Q.S. Al-Mukmin: 60). Berdasarkan fiman tersebut, jelaslah bahwa berdoa merupakan bentuk ketaatan dan ketakwaan kita kepada-Nya.
Ilustrasi berdoa. Sumber: ramadhanguide.com
Apalagi di bulan yang suci ini, kita disunahkan untuk banyak berdoa dan memohon ampunan-Nya. Seperti sabda Rasulullah bahwa, “Ada tiga doa yang tidak tertolak, yakni doanya orang yang berpuasa sampai ia berbuka, doanya yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (H.R. Ibnu Majah, Tirmizi, dan Ibnu Hibban).
Mumpung di bulan yang penuh kemuliaan ini, perbanyaklah doa untuk kebaikan diri, orangtua, keinginan yang belum tercapai, dan masih banyak lagi. Buat jomlo emas yang sudah sedekade belum dapat jodoh juga, perbanyaklah doa minta jodoh kepada-Nya. Selain berdoa dengan sungguh-sungguh, kita diwajibkan untuk berusaha. Maka, coba cek kolong meja, siapa tahu jodohmu ada di situ.

8. Menyibukkan Diri dengan Hal yang Bermanfaat
Seperti yang telah dijelaskan pada beberapa poin sebelumnya, bahwa pahala di bulan Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, kita semestinya banyak menyibukkan diri dengan segala aktivitas yang berfaedah dan berpahala. Amat disayangkan jika kita hanya berleha-leha, ongkang kaki, atau tidur ngajengjehe di hari-hari Ramadan yang kita lalui.
Ilustrasi menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat. Sumber: flickr.com
Bahkan, Rasulullah pernah bersabda dalam hadisnya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa lemah dan malas, dari rasa takut, tua, dan bakhil. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan fitnah hidup dan kematian.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Artinya, kita mesti menghindari atau menyingkirkan kebiasaan malas dan menggantinya dengan kesibukan yang lebih bermanfaat untuk diri kita.
Ada banyak kebiasaan yang dapat menyebabkan pahala puasa menjadi sia-sia, seperti tidur sepanjang hari, menonton televisi, bermain game, bermain gadget, membicarakan orang lain, ngabuburit bareng pacar, menonton film blue, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, sudah seyogyanya kita memperbanyak aktivitas yang lebih berfaedah, seperti tadarus Al-Quran, salat berjamaah di masjid, mendengarkan ceramah, iktikaf di masjid, membagi takjil secara cuma-cuma, bersedekah, memberi makan orang yang berpuasa, dan lain sebagainya. Maka, gua berani berpendapat bahwa bulan Ramadan itu… indah banget.

9. Iktikaf di Masjid
“Daripada iktikaf di rumah calon mertua, lebih baik iktikaf di masjid.” Begitulah ungkapan yang tepat untuk para pejuang cinta yang sedang memburu cinta yang tidak pernah mencintainya. Bingung? Sama dong.
Menurut aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia V, kata “iktikaf” berarti diam beberapa waktu di dalam masjid sebagai suatu ibadah dengan syarat-syarat tertentu (sambil menjauhkan pikiran dari keduniaan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT). Berdasarkan pengertian di atas, gua menyimpulkan bahwa iktikaf adalah suatu aktivitas ibadah dalam rangka mentafakuri diri di dalam masjid.
Ilustrasi iktikaf di masjid. Sumber: vebma.com
Kita disunahkan untuk beriktikaf, terutama di 10 malam terakhir bulan Ramadan. Hal ini dilakukan untuk mengincar malam seribu bulan (Lailatul Qadar). Aisyah RA berkata bahwa, “Bila telah memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadan, Nabi Muhammad SAW menghidupkan malam, membangunkan keluarganya (istrinya), dan meninggalkan istrinya (tidak berhubungan suami istri).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Iktikaf tidak mesti di masjid yang jauh dari rumah atau di masjid-masjid besar. Cukup beriktikaf di masjid terdekat pun Insya Allah, kita akan mendapatkan ketenangan, rahmat, berkah, ampunan, dan pahala dari-Nya.
Jujur, gua pun belum bernah iktikaf di masjid selama bulan Ramadan. Karena itu, bulan puasa kali ini Insya Allah gua mau iktikaf meskipun cuma sehari atau dua hari. Yuk, kita saling mendoakan dalam kebaikan, hehehe.
***
Itulah beberapa amalan sunah yang perlu kita tingkatkan di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Mengapa perlu ditingkatkan dan dirutinkan? Sebab, kita berjumpa bulan Ramadan hanya setahun sekali. Itu pun belum tentu kita akan berjumpa kembali di bulan Ramadan berikutnya. Maka dari itu, inilah kesempatan besar buat kita untuk dapat memperbaiki diri.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa bulan Ramadan adalan bulan yang penuh keberkahan, kerahmatan, kesucian, pengampunan, hidayah, petunjuk, dan pahala yang tak terhingga dari-Nya untuk umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa. Karena itu pula, kita disunahkan untuk berani mengamalkan amalan-amalan sunah yang disebutkan di atas selama bulan Ramadan ini. Insya Allah, kita akan mendapatkan limpahan rahmat, berkah, ampunan, dan pahala-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu Alam.

Sumber materi: catatan moeslimah

Komentar