Bismillah….
Kasus Jessica Mirna
Memasuki tahun 2016, ada 2 kasus heboh yang saat itu menjadi bahan perbincangan netizen; kasus Jessica Mirna dan penistaan agama. Aku sebagai seorang mahasiswa yang punya pikiran kritis mengikuti kedua kasus besar tersebut. Tapi, aku lebih suka dan penasaran dengan kasus Jessica Mirna. Bagiku, kasus tersebut amatlah jarang terjadi dan layaknya skenario film, kasus itu cukup panjang nan rumit.
![]() |
Kasus Jessica dan Mirna |
Setiap pulang kuliah, aku selalu menonton sidang Jessica Mirna di kamar. Kebetulan, waktu itu aku selalu pulang kuliah sore hari atau bada maghrib. Sehabis istirahat, aku langsung mandi, salat, lalu makan sembari menonton sidang Jessica Mirna. Rasanya, momen tersebut amat memorable bagiku. Aku tidak tahu alasannya, yang pasti sensasi tayangan sidang Jessica Mirna tidak dapat kulupakan begitu saja.
Toy dan A Few Years of Later
Seusai diriku menonton sidang kasus kopi bersianida tersebut, sekitar pukul 22:00 aku menyetel lagu Block B yang berjudul A Few Years of Later. Lagu ciptaan Zico cs itu amatlah nikmat di telingaku. Selain lagu tersebut, aku juga suka mendengarkan lagu Block B yang lain, yaitu Toy. Lagu yang artinya boneka tersebut benar-benar menyentuh hatiku saat itu.
Scene pada video klip a few years of later |
Kedua lagu Block B itu sangat melekat di benakku hingga saat ini. Pokoknya ketika aku mendengarkan kedua lagu tersebut, aku langsung teringat pada tahun 2016 silam. Menurutku, lagu A Few Years of Later dan Toy adalah salah satu lagu K-Pop yang masterclass. Pesannya dalam, liriknya menyentuh, dan setiap scene video klip dari kedua lagu tersebut cukup bagus.
Secara kebetulan, waktu itu hujan selalu turun pada sore hari atau malam hari. Alhasil, kedua lagu sarat makna tersebut menambah kesan sentimentil yang teramat dalam. Ada sensasi tersendiri ketika aku mendengarkan kedua lagu itu ketika hujan turun. Bagi penggemar musik K-Pop, tidak ada salahnya kamu mendengarkan kedua lagu ciptaan Block B tersebut.
Salah Satu Tahun Favorit
Bagiku, tahun 2016 adalah salah satu tahun favoritku selama aku menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Dapat dikatakan, tahun 2016 adalah tahun di mana aku mengenal Tuhan yang sebenarnya dan juga menjadi titik balik bagi pengembangan hidupku. Tahun 2016, dapat kuanalogikan sebagai tahun yang bercahaya, bermakna, dan bersahaja.
![]() |
Ilustrasi Tahun Favorit |
Selain itu, tahun 2016 adalah tahun yang mana aku telah memasuki semester kelima dalam perkuliahanku. Berkat limpahan kuasa-Nya, aku hampir tidak pernah mangkir dan selalu masuk kuliah. Hingga, hal itu mempengaruhi nilai-nilaiku yang cukup bagus. Tidak lupa, aku amat bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepadaku; nikmat sehat, nikmat iman, nikmat ilmu, dan nikmat lainnya. Aku sadar, bahwa nikmat terbesar dalam hidup adalah ketika aku bisa lebih dekat dengan-Nya. Alhamdulillah….
dr. Dhika, I Love You
Akhir tahun 2016, jerawatku kembali meradang. Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap delapan bulan atau enam bulan sekali, penyakitku ini kambuh lagi. Bahkan jika aku mematuhi kata dokter, seharusnya aku kontrol dua minggu atau sebulan sekali. Dasar akunya yang bandel dan ditambah tidak punya uang, hingga aku bersikap dablek seperti itu.
Aku kembali berobat ke rumah sakit langgananku, yaitu RS Kharisma Cimareme. Sama seperti kunjunganku sebelumnya; aku mendaftar melalui petugas, kemudian membayar biaya pendaftaran yang lumayan mahal. Setelah itu, aku beranjak ke lantai dua dan menunggu dengan pasien lainnya di sana. Bisa dibilang, aku sudah khatam betul seluk-beluk di rumah sakit itu.
![]() |
Ilustrasi dr. Dhika yang Cantik |
Waktu itu hari Sabtu, masih sepi dan hanya ada segelintir pasien yang berusia lanjut. Aku duduk pada barisan tempat duduk khusus pasien penyakit kulit dan kelamin. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku agak malu ketika duduk di barisan tempat duduk tersebut. Sebab, orang-orang mungkin mengira bahwa kelaminku bermasalah. Tapi, itu hanya prasangkaku saja. Toh, tidak perlu dijelaskan lagi karena aku jelas-jelas menderita penyakit kulit.
Tidak lama kemudian, namaku dipanggil melalui speaker. Dengan sigap, aku beranjak dan membuka pintu secara perlahan. Tidak kusangka, terdapat perempuan berparas elok nan jelita di dalam ruangan itu. Mataku dan matanya bertemu pada titik yang satu. Aku terpaku sekaligus terpukau, bibirku sampai mangap, dan jantungku berdetak cukup kencang. Sebelum memberi salam, aku lihat terlebih dahulu nametag yang berada di jas putihnya, dan terbacalah tulisan: dr. Dhika, S.Pk.
***
dr. Dhika adalah perempuan yang baik, perhatian, imut, dan lucu. Ditambah profesinya sebagai dokter, bisa dibilang ia adalah perempuan paket komplit. Sikapnya tidak terkesan kaku layaknya dokter kebanyakan, melainkan ia punya sikap yang fun, terbuka, dan nyaman untuk diajak ngobrol.
Ia menyuruhku untuk merebahkan badan pada kasur rumah sakit. Aku menurutinya, walaupun firasatku menjadi tidak enak, dan benar saja wajahku mau disuntik. Aku menolaknya secara halus, tapi suaranya yang lemah lembut berhasil meyakinkanku bahwa hal itu tidak akan sakit. Ajaibnya, aku malah merem melek keenakan saat jarum suntik menembus kulit wajahku.
![]() |
Ilustrasi Suntik Menyuntik |
Dapat dikatakan, sikap keibuan dr. Dhika berhasil mengalahkan sakitnya jarum suntik yang menancap di wajahku. Aku merasa terlena dan terbuai akan sikap lemah lembutnya itu. Aku mengira bahwa dr. Dhika telah mengalihkan rasa sakit yang kurasakan. Baru kali itu, aku bersedia disuntik di wajahku. Baru kali itu pula, aku merasa nikmat saat disuntik.
***
Selagi proses treatment suntik-menyuntik, dr. Dhika bertanya; apa aku masih sekolah, kuliah, atau sudah bekerja? Lantas, kujawab dengan suara merintih bahwa aku masih kuliah. Kemudian, ia bertanya; kuliah di mana dan jurusan apa? Aku jawab dengan suara parau, bahwa aku kuliah di salah kampus swasta dan mengambil jurusan ilmu komunikasi.
![]() |
Ilustrasi wah bagus dong! |
Sesaat mendengar jawabanku tersebut, dr. Dhika merespons: wah, bagus dong itu! Aku tersenyum sambil memegang pipi wajahku dengan kapas yang telah diberi cairan alkohol. Ia bertanya lagi; sudah semester berapa? Aku jawab sambil melirihkan suara, bahwa aku sudah semester 6. Kesekian kalinya, dr. Dhika hanya merespons: wah, bagus dong! Kini, aku jawab dalam hati: apanya yang bagus dokter? Nilaiku berantakan, daku pusiiing!
dr. Dhika, I Miss You
Terlalu manis untuk dilupakan, begitulah ungkapan yang tepat mengenai pertemuanku dengan dr. Dhika. Pertemuan kami waktu itu adalah untuk yang pertama dan terakhir. Terlalu singkat memang, namun begitulah skenario dari-Nya. Aku sangat beruntung dapat bertemu dokter cantik, secantik dr. Dhika. Aku berharap, kami dapat bertemu lagi di lain kesempatan.
![]() |
Ilustrasi I Miss U, dr. Dhika |
Terkadang, aku merindukannya dengan segala sikap dan perhatiannya kepadaku. Aku merasa ada dan merasa menjadi manusia seutuhnya ketika aku bercakap dengannya. Aku yang terbiasa sendiri, kesepian, dan tidak punya teman akrab di bangku perkuliahan, sangat rindu terhadap sikap hangatnya tersebut. Berkat dirinya pula, aku merasa percaya diri dan merasa dihargai. Terima kasih dr. Dhika, I miss u….
Komentar
Posting Komentar
Ditunggu komentarnya...