Bismillah….
Sudah
tidak dapat dipungkiri bahwa kita saat ini hidup di zaman teknologi. Zaman yang
mana teknologi berkembang amat pesat dan amat cepat. Hampir di berbagai bidang
kehidupan manusia semuanya menggunakan teknologi, salah satunya adalah media informasi.
Mungkin kita masih ingat, dahulu kala media informasi adalah melalui surat,
burung dara, lonceng, asap, dan atau terompet. Seiring berkembangnya otak
manusia, media informasi masa kini berubah amat drastis seperti email, e-retail, ebook, m-banking, telegram, dan tentunya media
sosial.
Bukan
menjadi hal yang tabu jikalau saat ini, internet dan media sosial telah menjadi
kebutuhan primer bagi kehidupan seseorang. Hampir di berbagai profesi dan
pelosok tempat, internet dan media sosial selalu dibutuhkan oleh orang banyak. Kedua
unsur tersebut seakan memiliki peran positif dengan sandang, pangan, dan papan
bagi kehidupan manusia. Namun, kedua unsur itu juga mempunyai banyak sisi negatif
yang cukup “mengerikan”, salah satunya adalah jejak digital.
***
Menurut Tech Terms yang dikutip website Cermati.com menyatakan bahwa jejak digital adalah jejak data yang muncul ketika seseorang menggunakan internet di perangkat komputer, laptop, smartphone, dan lainnya. Bentuk dan sumbernya pun bermacam, dari situs yang dikunjungi, email yang dikirimkan, dan informasi lain yang dikirim atau diunggah ke berbagai layanan online. Adapun jejak digital dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu jejak digital pasif dan jejak digital aktif.
Ilustrasi jejak digital |
Jejak
ditigal pasif adalah histori data yang ditinggalkan oleh pengguna tanpa
disadari. Contohnya histori browser, histori
maps, histori lokasi, dan internet
protokol (IP) pengguna. Sedangkan jejak digital aktif adalah data yang sengaja
dibuat atau ditinggalkan oleh pengguna. Contohnya unggahan video, unggahan
gambar, unggahan tulisan, dan unggahan dokumen yang diposting di berbagai media
sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan lain sebagainya.
Dapat
disimpulkan bahwa jejak digital adalah bekas, tanda, atau riwayat aktivitas yang
tersimpan atau terekam di dalam internet. Harus diakui pula bahwa jejak digital
menimbulkan keresahan tersendiri bagi setiap penggunanya. Contohnya yakni
algoritma Youtube, algoritma Instagram, dan algoritma Google. Disadari atau
tidak, setiap kali kita menonton beberapa video yang ada di Youtube, maka
Youtube akan merekomendasikan video yang serupa. Mengapa hal itu dapat terjadi?
Karena, Youtube menyimpan riwayat video yang telah kita tonton. Begitu juga
dengan media sosial lain seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan masih banyak
lagi.
***
Karena itu pula ada banyak aib, video seks, dan skandal seseorang yang tersebar luas ke internet dan semua itu bersumber dari jejak digital. Contoh, saat ini gempar video skandal artis berdurasi 19 detik. Video tersebut telah merebak ke berbagai media sosial dan bahkan sempat trending di Twitter. Selain itu, ada banyak kasus atau skandal yang tersebar di media sosial seperti bidan Jember, guru honorer Purwakarta, Ariel – Luna Maya, Ariel – Cut Tari, PNS Sumedang, anggota DPR, dan masih banyak lagi.
Ilustrasi skandal video 19 detik |
Beberapa
skandal atau video seks seperti yang disebutkan di atas telah terjadi dari dulu
hingga sekarang. Artinya, manusia tidak akan pernah lepas dari perbuatan dosa,
kesalahan, dan kekhilafan dalam hidupnya. Selain itu, tabiat buruk manusia akan
selalu terulang dalam setiap waktunya, hanya saja dengan pelaku, tempat, dan generasi
yang berbeda. Ibarat rotasi bumi, sifat-sifat tercela di atas akan selalu “berputar”
hingga waktunya tiba.
Adapun
perbedaan skandal zaman dahulu tidak seheboh atau tidak semenggemparkan seperti
saat ini ialah karena waktu itu internet belum ada atau masih sangat terbatas. Sekarang,
informasi dari berbagai belahan dunia mana pun dengan amat mudah tersebar dan
terekspos di belahan dunia lainnya. Itulah mengapa, internet punya dua sisi
yang berbeda yakni positif dan negatif, putih dan hitam, serta baik dan jahat.
***
Mungkin sebagian orang ada yang mengatakan bahwa umat manusia dewasa ini sudah mulai jahat, anarkis, sadis, egois, materialis, bar-bar, dan sifat buruk lainnya. Tapi, hal tersebut faktanya tidak sepenuhnya benar. Jikalau kita melihat sejarah umat manusia, tindak kejahatan itu sudah terjadi pada zaman Nabi Adam As, tepatnya pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil kepada Habil. Bermula dari peristiwa tersebutlah, dosa pembunuhan terus terjadi hingga detik ini. Berawal dari situ pula, sifat buruk manusia terus mengalir hingga akhir nanti.
Ilustrasi Habil dan Qabil |
Selain
peristiwa bersejarah Habil dan Qabil, ada juga pembangkangan kaum Nabi Nuh As,
pembangkangan kaum Samud, pembangkangan kaum Ad, pembangkangan kaum Nabi Lut As,
pembangkangan kaum Nabi Ibrahim As, pembangkangan Firaun dan pengikutnya kepada
Nabi Musa As, pembangkangan Bani Israil kepada Nabi Isa As, serta pembangkangan
kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad Saw. Simpulannya adalah manusia dari
zaman dulu sudah ada kecenderungan untuk berbuat jahat dan berbuat maksiat.
***
Adapun bentuk tindak kejahatan terbesar dan tersering yang bersumber dari jejak digital adalah disebar oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebagai contoh, video seks berdurasi 19 detik yang akhir-akhir ini tengah hangat diperbincangkan banyak orang. Alhasil, video tidak senonoh tersebut menjadi konsumsi publik. Parahnya, video aib itu tidak hanya dinikmati oleh seorang dua orang, melainkan ditonton oleh jutaan mata orang Indonesia. Lalu, penyebarannya pun akan cukup sulit dicegah dan sulit dihentikan. Sebab, pasti banyak pengguna internet yang membagikan atau menyimpannya untuk konsumsi pribadi.
Ilustrasi menyesal |
Jika
aib atau dosa tersembunyi telah tersebar luas seperti contoh kasus di atas, maka
yang rugi bukan hanya dirinya sendiri, melainkan pasangannya, anak-anaknya,
keluarganya, orang tuanya, dan kerabat dekatnya. Belum lagi, ia akan menjadi
bahan perbincangan tetangga dan masyarakat. Alhasil, citra diri menjadi buruk
dalam pandangan publik. Sehingga, ia dapat dikucilkan, dijauhi, dan atau
dimusuhi oleh orang sekitar. Efek terparahnya adalah pelaku bisa stres,
depresi, dan bahkan bunuh diri. Naudzubillah….
Karena
itu, kita harus bijak dan berhati-hati dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Sedapat mungkin, jaga pergaulan kita dari hal-hal atau orang-orang negatif yang
dapat merusak kehidupan kita. Jika kita terlanjur berbuat kesalahan, berbuat
dosa, berbuat kekejian, berbuat tindak kejahatan, dan melakukan tindakan
tercela lainnya, maka diusahakan agar tidak diumbar apalagi direkam atau
diabadikan. Sebab, bisa jadi data aib tersebut tersebar atau terbongkar ke dunia
luar. Kalau sudah seperti itu, maka akan lenyap kemuliaan dan kehormatan kita di
mata masyarakat. Naudzubillah….
***
Mau
tidak mau, siap tidak siap, dan bisa tidak bisa, kehidupan dewasa ini pasti dikuasai
atau dipenuhi oleh teknologi komunikasi/ informasi. Faktanya, hal itu sudah
terjadi dan dapat dilihat, dirasakan, dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Hanya saja, kita harus cerdas dalam menggunakannya dan jangan bertindak
bodoh. Sebab, segala aktivitas kita dalam berinternet ria akan tersimpan atau
tercatat dalam histori data, riwayat penelusuran, dan jejak digital. Oleh
karena itu, bijaklah dalam menjalani kehidupan yang sebentar ini. Salam….
Alhamdulillah….
Komentar
Posting Komentar
Ditunggu komentarnya...